AJAIB !!!! Elektabilitas Ahok Meningkat Jauh Saat Ini

Ahok saat berkampanye dengan tim nya
Begitu Birgaldo Sinaga menuliskan tentang strategi kota untuk memenangkan Ahok-Djarot, saya langsung optimis elektabilitas Ahok pasti meningkat. Selama ini Ahok mengandalkan apa yang disebut serangan udara oleh Bang Birgaldo, wajar karena putaran pertama tekanan begitu besar. Ahok tidak bisa turun langsung karena kerap dicegat lawan, diusir oleh mereka yang mengaku warga.

Lawan juga menggunakan mesjid-mesjid di gang-gang dan kampung-kampung hingga menaikkan spanduk-spanduk provokasi. Sementara pendukung Ahok dominan menggunakan media sosial. Dulu saya pernah membahas ini dengan teman-teman seperjuangan. Corong mesjid kita lawan di twitter, spanduk kita lawan di Facebook ya gak nyambung, gak kena segmennya. Di bawah sana banyak orang yang minim akses informasi.

Tim pemenangan optimistis pasangan Basuki (Ahok)-Djarot memenangkan Pilkada DKI 2017. Berdasarkan survei internal, elektabilitas pasangan nomor urut 2 ini terus membaik.

“Yang jelas, survei internal tidak saya keluarkan angkanya, tapi semakin membaik buat Ahok-Djarot,” kata Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Prasetio Edi Marsudi, di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu 5 April 2017.

Ia mengungkapkan, perubahan pola kampanye mempengaruhi elektabilitas Ahok-Djarot. Pada putaran kedua Pilkada DKI, kampanye Ahok-Djarot lebih tertutup. Tanpa diketahui media, ia menemui masyarakat. Ternyata, lanjut Pras, pola tersebut berpengaruh. Pada putaran pertama, Ahok berkampanye menggunakan atribut kotak-kotak. Strategi ini ternyata menyulitkan Ahok terjun ke lapangan.

“Dengan keaslian Pak Ahok, orang akan tahu. Kalau dulu, kami datang ke masyarakat dengan jadwal, dirilis, terjadilah konflik di lapangan. Akhirnya banyak sekali hal yang tidak diinginkan,” jelas politikus PDI Perjuangan ini.

Survey internal, kita tidak bisa tau angka persisnya namun kita semua bisa rasakan dari cara kedua pasangan berkampanye. Ada yang tenang dan ada yang sok tenang padahal panik sampai lari ngibrit dari debat macam jin ngibrit begitu mendengar adzan, begitu kata kiyai saya yang asli pribumi bukan dari India.

Membuat survei itu perkara mudah, semudah me-rekayasanya. Tidak ada yang sulit dalam perkara survei ini, lebih sulit meyakinkan penganut paham bumi datar bahwa bumi ini bulat seperti bola. Untuk survei yang dibutuhkan adalah serangkaian pertanyaan yang sesuai, kemudian disebarkan sesuai akurasi yang di-inginkan dengan menggunakan metode yang tepat.  Bisa disebarkan melalui media kertas, telepon atau internet.

Saya meyakini bahwa setiap timses punya divisi survei yang terus memantau elektabilitas jagoannya untuk kemudian dievaluasi secara berkala. Tidak mungkin hanya bergantung pada lembaga survey eksternal apalagi banyak indikasi bahwa lembaga survei pun bermain. Dan hasil survey internal ini lebih valid karena digunakan untuk evaluasi mereka, kecuali kalau mereka maunya hanya asal senang saja.

Kenapa dirahasiakan? Ya itu untuk keperluan internal karena banyak informasi lain tentunya selain soal elektabilitas. Tapi bisa kita lihat walaupun sebenarnya gampang-gampang susah menilai apakah seorang calon elektabilitasnya sedang naik atau sedang turun. Logika saja, jika strategi mu sudah benar dan sudah mulai memperlihatkan hasil kearah yang lebih baik, apakah kamu akan mengubah strategi kamu? Ya ngga lah. Tapi kalau hasilnya tidak sesuai keinginan kamu pasti ada koreksi-koreksi besar dalam strateginya.

Ahok konsisten sejak putaran kedua dia menggunakan kampanye senyap, lebih tertutup, menyentuh langsung ke masyarakat, menjenguk orang-orang sakit, menyentuh hati masyarakat. Mematahkan citra kasar yang kerap disematkan oleh lawan-lawannya. Sedangkan Anies mengubah strateginya beberapa kali dari Anies yang mengajak tarung program, lalu menggunakan isu agama dan kini mulai terasa mulai menggunakan strategi SBY. Dari perubahan ini kita bisa lihat siapa yang panik karena elektabilitasnya terus turun. Sejak awal Anies begitu yakin 17% suara AHY akan pindah tapi ternyata tidak, hitungan saya Anies kelihangan 11% potensi suara dari AHY, angka yang cukup besar.

Disitulah awal kepanikan Anies sehingga mulai melakukan kesalahan demi kesalahan. Pendukungnya menolak jenazah, debat di Metro yang menyerang Ahok dengan gemas. Lalu kabarnya pun ia membatalkan debat di Kompas karena masalah elektabilitas yang semakin tergerus akibat debat sebelumnya. Itulah serangkaian kesalahan yang ia lakukan sehingga ia terus mengkoreksi strateginya. Saya sendiri optimis Ahok-Djarot bisa memenangkan Pilkada ini, asalkan strategi seperti ini tetap dilakukan dan Ahok serta pendukungnya tidak menurunkan daya juangnya.

No comments