Apa Maksud Dari Perubahan OKOCE Mart ke OKOK Mart

Sandiaga Uno Saat Pembukaan OKOCE Mart
Sandiaga Uno langsung menggebrak dengan menghadirkan minimarket yang dibangun dari sebuah peti kemas yang sudah dimodifikasi. Sandi seolah cerdik menyulap kontainer menjadi layanan instan bagi konsumen di Jakarta. Minimarket eks peti kemas itu diberi nama “OK-OCE Mart”, sudah di-launching di Jalan Cikajang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (1/4/2017) sore. Tapi jangan salah, yang punya ide minimart OK OCE ternyata bukan Sandi tapi seorang Ibu.

Pencetus ide Minimart OK Oce, Lilies Noorlismanie mengatakan,” Ini realisasi program OK Oce,” kata Lilies di Posko Cikajang 60, Jumat (17/3). Lilies mengatakan, sebagai langkah awal, minimart OK Oce akan menjual produk-produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) milik relawan Anies-Sandi-Alex (ASA).

Produk tersebut bisa berupa bahan pokok, makanan ringan, jus, minuman tradisional seperti bir pletok dan lainnya. Selain itu terdapat pula produk kebutuhan lainnya seperti dilansir oleh oleh website Anies Sandi, Jakartamajubersama.com.

Untuk harga, minimart OK Oce akan menerapkan harga grosir. Sehingga masyarakat yang membeli bisa berbelanja kebutuhan pokok dengan harga murah. “Harga grosir. Jadi pembeli bisa menjual lagi kalau mau menjual. Kami terbuka kalau masyarakat pelaku UMKM mau ikut berpartisipasi di minimart OK Oce,” ujar Lilies yang juga mengelola minimart 212 di wilayah Pamulang.

Di bawah komando Sandi, dia akan memperbanyak lagi model minimart ini. Sandi menyatakan bahwa ke depannya minimal akan ada satu OK-OCE Mart di tiap kecamatan. Masih ada 44 kecamatan yang diincar Sandi untuk lokasi OK OCE Mart-nya. Itu artinya OK OCE berubah menjadi OKOK : One Kecamatan, One Kontainer.

Tapi di sisi lain Sandi bukan menghadirkan solusi tapi semakin menambah runyam permasalahan Ibu kota. Minimarket sudah semakin menjamur di Ibukota. Pemprov DKI pun turun tangan untuk mengantisipasi menjamurnya minimarket di Ibukota.

Berikut analisis minimarket OK OCE jadi OK OK, sebenarnya bukan jadi solusi ekonomi di Ibukota. OK OK itu maksudnya adalah simbol terlalu menyederhanakan masalah dan tidak mengkaji secara keseluruhan. Akhirnya berubah jadi menggampangkan doang, alasannya adalah:

Pertama, program minimart OK OCE adalah program yang dipaksakan.  Terbukti dengan produk yang sebenarnya masih minim dan kalah nama dibanding produk yang sudah dikenal masyarakat. Produk OK OCE harusnya menjadi produk unggulan dong, tapi terpaksa produk itu hanya menjadi penggembira di dalam kontainer yang disulap menjadi gerai OK OCE tersebut.

Melongok produk yang dipajang di minimart OK OCE masih didominasi oleh produk pasaran di minimarket atau supermarket yang sudah ada. Dari foto produknya terlihat jelas produk ternama yang sudah eksis di bumi Nusantara ini seperti Milo, Indomie, Pop Mie, Kecap Sedaap, Minyak Goreng Fortune, Tropical, Tepung Terigu Bogasari, Chitato, Sosro bahkan Makanan Kaleng.

Apakah produk itu hasil kerjasama atau produk asli OK OCE? Anak TK pun tahu dan bisa menjawab. Justru OK OCE malah meng-endorse alias mempromosikan produk-produk dari perusahaan besar di atas. Jika produk OK OCEnya sendiri masih minim, bukankah justru akan membuat produknya tersingkir dan tenggelam karena dibanjiri oleh produk-produk yang mayoritas sudah dikenal masyarakat.

Apalagi produk OK OCEnya belum familiar bagi masyarakat, maka produk itu hanya akan menjadi tontonan dan makin terpinggir, akhirnya tinggal menunggu kadaluarsa. Seharusnya Sandi membuat jaringan terlebih dahulu untuk pemasaran produk itu. Jika sudah masuk ke ritel yang jaringannya luas maka produknya makin dikenal dan mudah dijangkau masyarakat.

Dan jika kontainernya eh minimartnya hanya satu di tiap kecamatan, dengan ukuran yang mini seperti itu bagaimana bisa melayani kebutuhan masyarakat? Padahal 1 kecamatan di Jakarta itu sangat besar. Masyarakat saat ini tidak akan sabaran jika harus mencari lokasi 1 minimart yang kecil, akhirnya jadinya beralih ke minimart terdekat.

Kedua, menjamurnya minimarket di Ibukota, semakin menyingkirkan daya tawar pasar tradisional. Dari Pemprov DKI beberapa tahun sebelumnya sudah mengantisipasi hal ini dengan mengeluarkan regulasi yang melindungi pasar tradisional. Ahok mengatakan, pembatasan pembangunan minimarket di Jakarta perlu dikendalikan agar tidak mematikan keberadaan pasar tradisional seperti dilansir Liputan6.

Jadi kebijakan penambahan minimart ini bukan solusi OK bagi rakyat kecil. Padahal pihak Anies Sandi sangat gencar berbicara tentang keberpihakan kepada rakyat kecil.  Sementara itu, Djarot Saiful Hidayat yang diberikan mandat Pak Ahok untuk pembatasan minimart mengutarakan secara serius rencana pembatasan minimarket ini.

Kendati begitu, dia menyebut pembatasan minimarket ini bukan melarang sepenuhnya usaha tersebut. Pembatasan yang dimaksud lebih bersifat kepada pengaturan sehingga keberadaan minimarket tidak mematikan usaha dari pasar tradisional.

Jika pihak Pemprov DKI dalam hal ini Ahok Djarot suka dituding terlalu berpihak pada kalangan menengah ke atas, jelas tudingan itu salah alamat. Justru Ahok Djarot berpihak pada kalangan bawah dan bersikap tegas. Djarot menyatakan akan menindak tegas minimarket yang tidak memiliki izin resmi di DKI.

Jadi sebenarnya kita sedang menantikan komentar Pak Djarot tentang hadirnya minimart ala OKE OCE ini. Tapi bila sesuai rencana Pak Sandi, 1 kecamatan 1 kontainer maka jangan samapai lagi dia mengingkari atau bahkan lebih parah lagi tidak merealisasikan sampai di 44 kecamatan. Mari kita tunggu, OK?

No comments