Siapa yang Cocok Menggantikan Megawati Menjadi Pemimpin PDIP ?

Megawati Telah Melalui Masa Kejayaannya Bersama PDIP, Sekarang, Siapa yang Cocok Menggantikannya?
Pembicaraan siapa pengganti Megawati sebagai Ketua Umum PDI-Perjuangan mulai ramai diperbincangkan. Apalagi ada sinyal bahwa Megawati ingin mengundurkan diri dari ketua partai banteng moncong putih. Ini memang wajar mengingat usia Presiden Wanita Pertama Indonesia ini sudah mulai menginjak usia 70 tahun. Sementara geliat politik tanah air makin bergema hingga sekarang dan nantinya. Bahkan makin memanas.

Pertarungan Pilkada DKI menjadi satu contoh sengitnya pertarungan politik tanah air, diprediksi bahwa Pilpres 2019 bisa lebih riuh lagi. Apa lagi kaum radikal semakin menunjukkan gelagatnya. Untuk itu, partai dengan basis nasionalisme ini pastinya harus mempersiapkan diri.

Namun sinyal mundurnya Megawati bukan karena ini. Lebih karena masalah usia dan pentingnya mempersipkan sosok yang layak memimpin perjuangan  ideologi PDI-P. Tentu ini penting dipersiapkan sebab PDI-P tidak bisa selamanya bergantung pada sosok Megawati.

Pertanyaan pentingnya siapa yang layak memimpin partai banteng ini? Tentu dibutuhkan sosok yang benar-benar paham dan sejalan dengan semangat nasionalisme. Selain itu, Megawati terbukti mampu memimpin PDI-P sebagai Presiden dan menaikkan Presiden baru.

Selain itu, PDI-P dikenal sebagai partai yang memiliki kader loyal. Meski terjadi dinamika perebutan kekuasaan internal PDI-P, tetapi tercatat bahwa kader partai ini tetap setia walau tidak mendapat jabatan. Lihat saja Maruarar Sirait, Budiman Sudjatmiko, Rieke Diah Pitaloka adalah beberapa nama yang tetap setia dan idealis meski tidak mendapatkan posisi strategis. Ibaratnya, kader PDI-P mengenal istilah merah darahku selamanya.

Yah itu beberapa keunikan dari partai ini. Namun dalam mencari sosok penerus dan pengganti Megawati, ada dilema penentuan posisi tersebut, yakni apakah penggantinya harus trah Soekarno atau kader lain yang  mumpuni dan paham ideologi Soekarno.

Ini dilema yang dialami oleh partai ini. Sebab tidak dipungkiri bahwa nama besar Soekarno dan semangat Soekarno tetap mengalir dalam diri PDI-P. Ini menyebabkan ada pandangan bahwa yang layak melanjutkan kepemimpinan partai ini harus dari trah Soekarno. Sementara pandangan lain adalah siapa saja kader yang dianggap memiliki kapasitas dapat menjadi ketua umum PDI-P.

Yah inilah dilema yang terjadi. Memang dalam AD ART tentunya tidak ada disebutkan harus trah Soekarno. Tetapi faktor psikologis dan keberhasilan Megawati memimpin PDI-P membuat pandangan ini tetap hidup. Apa lagi anak kandung Megawati sendiri aktif terlibat di PDI-P dan Pemerintahan. Sebut saja Puan Maharani atau Prananda Prabowo. Puan memang jauh lebih aktif. Oleh karena itu, jika harus mengerucut pada trah Soekarno, maka kedua nama itu tentu yang paling mungkin.

Namun terobosan besar pun sudah pernah dilakukan oleh Partai Banteng ini. Apa lagi kalau bukan peristiwa dicalonkannya Joko Widodo sebagai Calon Presiden dan terpilih tahun 2014. Tak pelak peristiwa ini membukai tirai baru bahwa siapa saja kader berprestasi di PDI-P dan layak, maka akan diusung. Sekelas Presiden saja sudah diusung, apalagi yang diragukan untuk diajukan sebagai Ketua Umum PDI-P.

Untuk itu pertanyaan besarnya adalah siapa yang layak memimpin partai banteng moncong putih setelah Megawati?

Dari trah Soekarno, dua nama sudah mengerucut, yakni Puan Maharani dan Prananda Prabowo. Tetapi dari sisi kapasitas dan prinisip, nampaknya Prananda Prabowo adalah calon terkuat. Ini mencuat bukan karena Prananda sudah dikenal publik secara luas, tetapi lebih karena publik sudah mengenal Puan Maharani sehingga berpersepsi bahwa Prananda lebih layak. Agak aneh memang, tetapi itulah persepsi.

Sementara jika nama di luar trah Soekarno namun mengerti  ideologi dan semangat Soekarno, tentu nama Joko Widodo adalah yang terdepan dalam memegang tampuk ketua umum PDI-P. Namun ini akan menyusahkan Jokowi Widodo. Sebab dari awal Jokowi menekankan agar tidak ada rangkap jabatan di kabinet yang dia pimpin. Presiden Jokowi sendiri terlihat ingin sekali fokus bekerja dan membiarkan urusan politik diurus oleh orang lain yang kompeten.

Untuk itu tentunya Presiden Jokowi menginginkan Megawati tetap memimpin partai banteng sampai akhir jabatannya. Namun skenario ini tidak bisa selamanya diharapkan. Mengingat usia Megawati yang akan terus berlanjut. Inilah dilema yang memberatkan Jokowi. Sebab dia merupakan seorang tipikal pekerja keras namu di satu sisi dia sudah mempunyai kapasitas memimpin PDI-P. Sementara bila dia harus memimpin Partai, bisa saja menjadi merepotkan. Kecuali Jokowi nantinya memiliki Wakil Presiden yang luar biasa handalnya seperti Ahok, tentu itu akan lebih mudah dan menguntungkan buat Jokowi dalam hal kinerja.

Waktu yang paling tepat buat Jokowi menjadi ketua umum PDI-P adalah ketika dia sudah selesai menjabat Presiden. Atau ketika dia Presiden dan memiliki Wakil Presiden yang handalnya luar biasa.

Selain Jokowi, nama yang punya kans juga untuk memimpin partai banteng moncong putih adalah Gandjar Pranowo. Gubernur Jawa tengah ini memiliki dan mengerti ideologi marhaenisme. Gandjar juga termasuk politisi yang berprestasi. Sayangnya nama Gandjar tercoreng ketika disebut dalam mega skandal korupsi e-ktp. Kecuali Gandjar bisa keluar dengan bersih dan aman dari kasus ini.

Sejatinya banyak kader-kader yang layak memimpin PDI-P. Mereka punya banyak kader berprestasi. Hanya saja untuk jadi Ketua Umum tidak cukup hanya berprestasi, namun butuh figur sentral yang bisa jadi Tokoh.

Namun apapun itu, ini masih wacana dan bukan berarti diabaikan. Yang jelas, Megawati harus mempersiapkan matang-matang supaya apa yang dialami Manchester United ketika Sir Alex Ferguson pensiun tidak terulang. Pastinya cerita di PDI-P akan terus berlanjut.

No comments