OKE OCE Mart dan 200 Juta Rupiah

Sandiaga Uno di Ok Oce mart
Siapa yang tidak kenal Program OK OCE Anies-Sandi? Program terkece se-Indonesia yang cukup banyak menuai pro dan kontra. Antara yakin dan tidak dengan program dadakan ini.

Meski mendapat banyak kritikan, program ini tetap berjalan. Bahkan pada tanggal 1 April kemarin, Sandiaga Uno meresmikan OK OCE Mart pertama di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (https://news.detik.com/berita/d-3462539/sandiaga-resmikan-ok-oce-mart-pertama-di-jakarta). Jika OK OCE menyasar wirausahawan baru, maka OK OCE Mart menjadi etalase bagi produk-produk para anggota OK OCE.

Hal penting yang selama ini luput dari program ini karena tertutupi hingar bingarnya promosi OK OCE adalah biaya investasinya. Jika masyarakat tertarik membuka OK-OCE Mart cukup menyediakan modal sebesar Rp 200 juta. Oh My G******…!

“Biaya ini sudah termasuk mendapatkan satu unit pendingin ruangan, enam titik lampu LED, lima buah rak barang, satu unit meja kasir, satu unit exhaust, satu unit freezer es krim, satu unit kulkas, hingga satu unit signed”, ujar Lilies Noorlismanie, Direktur Utama OK OCE Mart. (http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/07/09295041/mengintip.ok-oce.mart.besutan.anies-sandiaga)

Ada juga fasilitas satu set mesin kasir beserta softwarenya, lantai keramik, dinding, plafon dengan peredam, pintu kaca sliding termasuk kaca film, barang dagangan dan ongkos kirim.

“Jadi kontainer itu sudah lengkap, sudah dimodifikasi termasuk barang dagangannya,” ucap dia.

Meski dengan iming-iming fasilitas, besaran harga ini cukup memberatkan. Pembaca bisa menyaksikan berita bagaimana sulitnya para pedagang kios kelontong, pedagang kecil, Usaha Kecil Menengah, begitu sulit mendapat kredit perbankan, bahkan hanya untuk mendapat RP 20-jutaan saja. Sehingga tidak heran banyak pedagang kecil yang beralih meminjam ke bank plecit atau rentenir walau dengan bunga tinggi.

Investasi awal Rp 200 juta rupiah jelas sangat memberatkan. Kalau untuk memperoleh satu unit bisa dilakukan dengan urunan 30-40 orang (misalnya), lantas kenapa tidak dialihkan saja untuk membentuk koperasi? bisa saja untuk koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi jasa, Simpan Pinjam, dll.

Jika untuk mendapat satu OK OCE Mart saja butuh Rp 200 juta, lantas dimana OK-nya? Artinya, semua gembar-gembor di awal itu hanyalah omong kosong besar. Kalau Anies-Sandi ingin menunjukkan keberpihakan pada warga menengah ke bawah (seperti retorika Anies), harusnya OK OCE Mart pun dikasih DP 0 rupiah. Bila perlu 0-nya bukan hanya untuk DP saja, tetapi biaya investasi awal keseluruhan.

Tokh, hanya butuh 44 OK OCE Mart di seluruh DKI Jakarta. Yang mana tiap kecamatan ada satu unit. Kenapa hanya perumahan saja yang berani DP 0 rupiah? Sedangkan OK OCE Mart malah dianaktirikan. Padahal secara kan lahir dari rahim yang sama yaitu seorang pasangan Cagub-Cawagub Anies-Sandi.

Lagipula, luas kontainer atau peti kemas yang digunakan untuk OK OCE Mart hanya berukuran 6×2,5 meter. Dengan demikian, dapat dipastikan tidak ada toilet di dalamnya, tidak ada gudang penyimpanan barang, tidak ada area parkir. Uupss…, juga tidak ada ATM.

Kenapa ATM? Iya, karena salah satu hal yang menarik pengunjung Alfamart dan Indomart adalah keberadaan fasilitas tersebut. ATM itu gudang uang. Tiap orang ke ATM karena merasa yakin punya uang ditabungannya. Pun normalnya, orang akan tergiur untuk membeli segala seuatu bila memiliki uang di tangan atau dompet. OK OCE Mart juga dipastikan akan menambah kemacetan bila ngetem-nya sembarangan. Ditambah antrian kendaraan para pembeli.

Ada kendala lain jika dikatakan Ia bisa berpindah-pindah. Bagaimana soal pembayaran pajaknya? Ditinjau dari segmentasi pasar dan lokasinya, kalau kerap berpindah-pindah, malah bisa kehilangan konsumen. Lagipula OK OCE Mart kan tidak serupa dengan PSK (Penjual Sayur Keliling) yang sangat gesit berpindah-pindah.

Keanehan selain biaya pengadaannya, juga tentang harga jual barang. Selain menjual produk anggota OK OCE, tempat ini juga bisa sebagai media reseller bagi barang-barang kebutuhan warga.

“Jadi ini merupakan sebuah tempat etalase pemasaran bagi produk-produk OK OCE maupun produk-produk lain yang dibutuhkan oleh warga,” kata Sandi. Salah satu keunggulan lain dari Oke OCE Mart ini adalah harganya yang 10 persen lebih murah dibanding toko sejenis lainnya. (http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/01/19060951/sandiaga.resmikan.ok-oce.mart.pertama.di.jakarta)

Ini kan blunder. Alih-alih mengurangi pengangguran dengan menciptakan wirausahawan baru, pedagang dan pemilik kios kelontong kecil yang sudah eksis malah terancam bangkrut. Ini karena harga produk yang 10 persen lebih rendah dari mereka.

Sandi menafikkan keberadaan kios-kios kelontong yuang sudah lama eksis. Bahkan, sebelum Ia pengen nyawagub. Selain itu, pernyataan dikatakan Sandi bahwa OK OCE Mart bukan kompetitor Alfamart dan Indomart. Bagaimana dianggap bukan kompetitor kalau OK OCE Mart menjual barang yang sama dengan harga 10% lebih murah?

Sebagai catatan akhir, OK OCE dengan OK OCE Mart hanyalah program bombastis a-la Anies-Sandi yang sulit dilaksanakan. Alih-alih membantu, OK OCE Mart malah sangat mencekik warga. Apalagi investasi dilakukan di awal usaha. Ternyata OK OCE tidak se-OK yang diharapkan.

No comments