Serangan Gencar Ke Ahok Membuat Ahok Semakin Kuat

Ahok yang selalu diterpa berbagai masalah semakin membuat Ia kuat
Kita serasa tidak kekurangan bahan untuk membuat sebuah diskusi atau bahan meme ketika mengamati seribu tingkah dari para alien dari planet bumi datar. Planet yang ditengarai memiliki sistem pemerintahan yang suci bercampur debu-debu padang pasir.

Penduduknya punya sistem kekebalan tubuh yang aneh. Menyiyir tanpa mikir, tapi kalau dinyinyir balik mereka merasa tersakiti. Mereka sangat percaya bahwa mereka yang paling logis. Kalau semisal ada yang membantah kelogisan mereka, mereka juga gemar mendoakan semoga orang itu dilaknat.

Punya kebiasaan pula menerapkan long march yang bukan budaya mereka, tapi mereka getol meneriakkan kalau budaya mereka yang paling maju. Aneh memang.

Belakangan ini kita sudah menyaksikan serial demo mereka yang berjudul Demo 313. Saya khawatir seri demo ini bakal sepanjang serial number software. Dan masih sama seperti demo sebelumnya, tujuannya tentu  mengulingkan Ahok dan menuntutnya masuk ke jeruji besi setelah disinyalir menistakan Al Maidah 51.

Pada aksi demo 313 ini, polisi menangkap ketua FUI Muhammad Al-Khaththath (Gatot Saptono) atas dugaan makar disaat para pasukannya panas-panas berjalan kaki demi menuntut Ahok untuk dipenjara.

Perlu diketahui, atau mungkin sudah banyak yang tahu, hotel tempat menginap Muhammad Al-Khaththath adalah hotel Kempinski. Silahkan di googling sendiri bagaimana nuansa hotel tempat dia menginap.

Saya akan mengupas beberapa cuil saja saja tentang kasus Ahok untuk merenungi kembali apakah maksud dari demo-demo berserial number ini.

Pada sidang ke-12 Ahok yang lalu, Habib Rizieq,ketua umum FPI, menjadi saksi ahlinya. Ini aneh, sebab disebut saksi ahli karena dia sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan dan sertifikasi tertentu dimana kesemuanya itu harus disesuaikan dengan kasus yang sedang berada di persidangan. sehingga jelaslah ke-ahliannya. Saksi ahli ini dipilih jaksa maupun dari pihak PH. Kalau jaksa yang dikontrakan dengan Ahok, itu wajar karena memang posisi jaksa dimana-mana sidang memang seperti itu. Tapi kalau Rizieq yang notabene kita tahu telah membawahi sebuah organisasi anarkis sejak tahun 2000an, tentu ini sebuah lelucon. Apa kaliber seorang Rizieq yang malah jelas-jelas menistakan Pancasila

Coba bandingkan dengan saksi ahli pada sidang Ahok ke-15, Guru besar linguistik dari Universitas Indonesia (UI) Prof Rahayu Surtiati. Beliau adalah ahli bahasa yang didatangkan tim pengacara Ahok. Pada salah satu keterangannya, dijelaskan bahwa Ahok menggunakan kalimat ‘Saya mau cerita’ yang telah jelas mengindikasikan kalau Ahok hendak menceritakan sebuah pengalaman.

Pengalaman apa?

Pengalaman bahwa usaha brainwashing untuk tidak memilih pemimpin non muslim pernah menerpa dirinya ketika bersaing di Bangka Belitung.

Hanya saja, masalah Al Maidah 51 ini seolah menjadi masalah umat Islam seluruhnya,. Tentu saja disetting demikian, karena Ahok bersaing di DKI Jakarta. Jelas berbeda dengan Bangka Belitung.

Hal berikutnya adalah, menurut Bambang Waluyo, Djojohadikusumo, politikus Golkar yang pada acara di kepulauan Seribu (27 September 2016) mengatakan, “Secara kontekstual kalimat itu (kalimat yang dianggap menistakan Al Maidah) ditujukan untuk para politisi.”

Jadi jelaslah, kenapa masalah ini menjadi besar karena faktor politik, bukan agama. Tapi kalau ini adalah politik yang di”agama”kan, mungkin benar.

Saya sebenarnya ingin ngomong begini, dengan logika sederhana saja, sebenarnya apa yang dibela kaum sumbu pendek bukanlah agama atau keyakinan. Melainkan nafsu untuk menggulingkan pemerintahan yang sah, diimana pemerintahan itu dipilih oleh bangsa Indonesia.

Barangkali pemicunya bukan karena video Buni Yani yang berisi ucapan Al Maidah 51 oleh Ahok waktu itu.

Barangkali pemicunya karena kekalahan Prabowo dan tahta DKI 1 yang hendak diperebutkan.

Kelompok-kelompok anti Ahok ini tidak akan bisa melihat kebenaran yang jelas. Sebab doktrin mereka adalah tentang kebencian. Doktrin yang jelas-jelas tidak jelas. Sebab, bagaimana bisa seseorang melihat kebenaran jika sudah tertanam kebencian?

Kalau pembaca gemar menonton film sci-fi yang bertemakan alien, seringkali makhluk pintar itu memiliki niat untuk menginvasi Bumi, merebut Bumi dari tangan manusia yang menjadi Pribumi planet itu.

Nah, kelompok-kelompok pembenci Ahok ini, tujuannya sudah jelas:  menginvasi Jakarta supaya disamakan dengan paham mereka yang berserakan nuansa padang pasir sintetis.

Padahal penghuni padang pasir yang asli benernya juga nggak gitu-gitu amat.

Jadi kenapa begitu-begitu amat?

Kalau kata Socrates sih, orang memilih karena pilihannya mendatangkan kebahagiaan. Tidak salah memang yang demikian, tapi kebahagiaan kaum sumbu pendek adalah kebahagiaan mereka sendiri. Delusi akan tatanan Negara yang suci dan barokah.

Masalahnya adalah para pembenci Ahok yang menginginkan Anies-Sandiaga memimpin Jakarta, acapkali membuat blunder yang sangat parah dan memalukan diri mereka sendiri. Mulai dari fitsa hats, video demo orang yang takut masuk neraka adalah orang yang bodoh, hingga rumah dengan DP 0.

Para konspirator di kalangan sumbu pendek itu jelas ingin melakukan “invasi” dengan memaksakan kasus yang nilai deliknya bias.

Apa tidak berlebihan menyebut mereka melakukan invasi?

Tidak. Merekalah yang berlebihan dengan mengajak anak-anak kecil itu demo.

Kita kembali kepada invasi. Apakah invasi itu?

Menurut oxfordictionaries.com,

    An instance of invading a country or region with an armed force

Sebuah contoh serangan pada sebuah Negara atau wilayah dengan kekuatan bersenjata

    An incursion by a large number of people or things into a place or sphere of activity.

Sebuah serangan oleh sejumlah besar orang atau hal-hal ke tempat atau bidang kegiatan

Lalu dimana senjatanya jika mengacu pada pengertian pertama?

Senjatanya adalah ideologi buntu mereka, yang sudah dengan tega membawa anak-anak yang tidak tahu menahu soal politik untuk ikutan demo. Idelogi buntu mereka yang berusaha merubah tatanan pancasila yang sangat nyaman untuk segala suku bangsa ini menjadi satu sistem planet mereka yang bertabur debu.

Jangan lupa, penjajah kerap melakukan propaganda-propaganda. Setelah agak membusuk dengan propaganda Al Maidah 51, mereka melakukan propaganda yang lebih konyol yaitu dengan mengaku diri mereka sebagai Pribumi, bahkan memasang stiker-stiker bertuliskan Pribumi di kendaraan-kendaraan mereka. Aneh, merekalah yang berpaham asing, malah menganggap orang-orang yang berpancasila sebagai manusia non pribumi

Oke, lalu dimana letak pengertian “serangan oleh sejumlah besar orang ke hal-hal atau lingkup kegiatan?”

Ah, brader, my people, human race, ingatkah aksi-aksi kekerasan yang dilakukan salah FPI yang dimulai sejak era tahun 2000an? Habib Rizieq bahkan memperolok Gus Dur dengan sebutan buta mata dan buta hati, dan katanya mereka mengaku mendapat dukungan dari NU? Silahkan lihat videonya di Youtube tentang ucapan pemimpin mereka yang memperolok Gus Dur buta mata buta hati.

Janganlah kejernihan pikiran kalian yang terang tergelapkan oleh fakta-fakta bahwa ini adalah tentang politik semata.

Jangan lupa, mereka juga kerapkali mengumbar gambar atau spanduk yang intinya bertuliskan bahwa merekalah yang tersakiti, mereka hanya memilih pemimpin muslim, merekalah yang tertindas Tiongkok, dan bahwa orang-orang macam kitalah yang ribet, resek, riewuh, dan…kafir!

Mereka seolah membela umat, tapi sebenarnya membela kekuasaan dan nafsu.

Mungkin para penganut Bumi Datar itu perlu mendengar pendapat ilmiah teman saya tentang Bumi Datar:

Sesungguhnya Bumi itu bulat, yang datar adalah penghasilan kalian.

No comments