Tana Toraja Tempat Wisata Tulang Belulang
Rumah Khas Tana Toraja |
Jangan khawatir dengan waktu tempuh yang cukup lama, karena di sepanjang perjalanan kita dapat menikmati pemandangan indah berupa perbukitan hijau yang dapat menghilangkan rasa penat. Di desa wisata Kete Kesu pengunjung disuguhkan kehidupan asli masyarakat Tana Toraja. Mulai dari barisan rumah adat Tongkonan hingga tebing yang berfungsi sebagai pemakaman. Pemakaman ini dikenal dengan nama Bukit Buntu Kesu. Hamparan sawah yang luas serta udara sejuk pegunungan menambah daya tarik tersendiri bagi desa wisata ini.
Pengunjung dikenakan biaya Rp.10.000 per orang. Harga yang sangat terjangkau tentunya. Ketika masuk, kita dapat langsung melihat barisan rumah adat Tana Toraja yaitu Rumah Tongkonan dengan lumbung padi di hadapannya. Beberapa penghuni rumah juga terlihat saling bercengkerama di pelataran rumah.
Pemandangan Wisata di Tana Toraja |
Rumah Tongkonan di sini juga dibangun menghadap ke Timur dengan alasan bahwa masyarakat Toraja menganggap arwah leluhur mereka menetap di Timur. Salah satu dari Rumah Tongkonan tersebut dijadikan museum yang memperlihatkan peninggalan-peninggalan bersejarah mulai dari kerajinan keramik dari Cina, patung-patung, hingga senjata tradisional. Ada juga sebuah kandang yang berisi seekor kerbau belang.
Kerbau belang merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Tana Toraja dan biasanya digunakan pada upacara pemakaman. Harganya sangatlah mahal, dari puluhan hingga ratusan juta rupiah per ekor. Masyarakat percaya bahwa dengan menyembelih kerbau belang ini, maka arwah akan cepat sampai di alam akhirat (puya) atau nirwana.
Tidak jauh dari barisan Rumah Tongkonan, terdapat sebuah bukit berbatu yang terlihat sangat menyeramkan. Bukit berbatu ini merupakan bagian paling menarik di Kete’ Kesu. Bukit berbatu yang menyerupai tebing tersebut adalah Bukit Buntu Kesu. Bukit Buntu Kesu merupakan sebuah situs pemakaman kuno di desa ini.
Pemakaman kuno ini diperkirakan berusia 600 tahun. Bukit dilengkapi dengan gua-gua yang diisi peti mati berbentuk kapal kano. Peti mati dibuat dari bahan kayu dilengkapi dengan berbagai macam ukiran. Menurut tradisi, masyarakat dengan status sosial lebih tinggi dimakamkan di lubang yang lebih tinggi, sementara rakyat jelata diistirahatkan di kaki bukit begitu saja tanpa diletakkan di dalam peti.
Tulang belulang yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun pun dapat kita lihat dengan jelas berserakan di kaki bukit. Kondisinya ada yang masih utuh, adapula yang sudah berserakan dimana-mana.
Ramainya Wisata di Tana Toraja |
Di tebing ini kita juga dapat melihat beberapa Tau-Tau. Tau-Tau adalah patung yang dibuat sebagai simbol orang yang sudah mati. Patung-patung ini hanya dibuat untuk orang-orang dengan status social yang tinggi, karena untuk membuatnya saja keluarga mendiang harus menyembelih puluhan ekor kerbau terlebih dahulu.
Beberapa Tau-Tau bahkan dihiasi dengan perhiasan seperti emas dan perak. Oleh sebab itu mereka diletakkan di dalam jeruji untuk menghindari dari pencurian. Sebelum naik ke atas bukit, kita akan bertemu beberapa tour guide yang akan membantu menjelaskan lebih detail mengenai bukit tersebut dan juga kehidupan masyarakat Toraja. Mereka tidak mematok harga, oleh karena itu kita dapat membayar seikhlasnya. Di mulut gua kita juga akan bertemu anak-anak yang menawarkan senter. Mereka menyewakan senternya dengan harga Rp.5000 per buah.
Jika berbicara tentang Tana Toraja, kurang lengkap jika belum menyaksikan upacara pemakaman yang sangat sakral. Upacara pemakaman masyarakat Tana Toraja dikenal dengan Upacara Rambu Solo. Upacara ini dimaksudkan untuk mengantarkan arwah mendiang ke alam akhirat (puya) atau nirwana. Masyarakat percaya bahwa apabila upacara ini belum dilaksanakan, maka arwah tidak akan sampai ke nirwana.
Upacara pemakaman ini terkenal dengan kemeriahannya. Semakin tinggi status sosial keluarga yang meninggal, semakin meriah pula upacara Rambu Solo berlangsung. Biasanya, keluarga dengan status sosial tinggi akan menyembelih puluhan hingga ratusan ekor kerbau. Sedangkan golongan menengah menyembelih 10 ekor kerbau dan 10 ekor babi.
Kumpulan Tulang dari Mayat bekas adat di Tana Toraja |
Di sepanjang jalan setapak menuju gerbang exit, kita akan disuguhkan dengan kios-kios kecil yang menjual berbagai macam suvenir. Penjual souvenir notabene adalah penduduk setempat. Souvenir yang dijual di sini kebanyakan berbentuk ukiran kayu khas toraja. Ukiran kayu dibuat sebagai hiasan dinding, bingkai, baki, asbak, tempat tisu, dan lain sebagainya.
Selain ukiran kayu, dijual juga gantungan kunci, patung-patung, senjata tradisional, hingga kain batik berwarna cerah dengan motif khas Tana Toraja. Harga souvenir yang dijual disini berkisar dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Anda tidak perlu khawatir, harga souvenir di sini masih bisa ditawar.
Jika Anda menyukai wisata dengan tema kebudayaan dipadu dengan pemandangan alam yang indah, maka tempat ini sangat cocok untuk dikunjungi!
Post a Comment